Amurang,” Swarasulut-Jalannya Kampanye Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada, red) di Provinsi Sulawesi Utara, dan sejumlah Kabupaten/Kota, akhir-akhir ini nampaknya makin meruncing. Akan tetapi harus disadari hal ini hanyalah sebuah Kontestasi mencari pemimpin terbaik, yang bisa menjawab setiap kebutuhan masyarakat.
“Nah, saya melihat Pemilihan kepala Daerah di Sulut ini, seharusnya menjadi ajang ‘pesta rakyat’, yang benar-benar menjadi pesta riang gembira, lima (5) tahun sekali. Berperang pikiran/konsep sangat diperbolehkan, akan tetapi serang pribadi pada kontestan tidak diperbolehkan, karena hal ini seyogyanya tak mencerminkan pesta demokrasi yang sesungguhnya,” ujar Gita warga Amurang saat dimintai tanggapannya Rabu (20/11/2024) tadi siang.
Lanjut dia, menjual ide atau program kepada masyarakat, itulah yang terpenting. ” Bukan lain-lain. Yang harus difokuskan yakni program dari kontestan, yang dihubungkan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), hal ini tentu saja akan bisa efektif terhadap pelayanan kepada masyarakat kedepan,” tandasnya.
Lanjut dia, persahabatan dan kekeluargaan masyarakat dalam perbedaan, harus dianggap sebagai sesuatu yang paling utama. ” Tetaplah melaksanakan hak pilih, biar Jo berbeda, namun tetap Basudara,” kuncinya.
Senada dengan hal itu, dikatakan Rommy Runtuwene warga Suluun-Tareran, perbedaan itu, lumrah adanya. ” Pada hakekatnya manusia itu sudah berbeda, apalagi perbedaan di dalam berpendapat. ” Jika berbeda pandangan dalam berpolitik, sudah menjadi karakter dasar dari masyarakat. Si A memilih calon no A, dan si B memilih calon no B, biarkan saja, tak boleh kita memaksakan kehendak kita,” kata dia. (Dolvie)